Nama saya Azzahra Harisa Ramadhani, lahir di Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2005. Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara, saya memiliki ayah yang bernama Sapto Harsono dan ibu saya bernama Siti Aisah. Saya mempunyai 1 adik laki-laki yang bernama Afgan Dwi Syahputra dan 1 adik perempuan yang bernama Afrah Harisa Ameerah. Keluarga saya biasa memanggil saya dengan sebutan "Kakak". Sedangkan teman-teman saya memanggil saya Zahra. Keluarga saya adalah keluarga yang sederhana, dulu saat saya masih SMP kami mengontrak dan semenjak saya pindah ke SMAN 53 Jakarta kami tinggal di rumah Alm. Kakek bersama saudara yang lain karena jaraknya lebih dekat dengan sekolah saya yang baru.
Saya memulai sekolah di salah satu Paud di Kota Bekasi. Dan saat tinggal disana saya juga didaftarkan untuk Les Bahasa Inggris oleh orang tua saya. Saat masih tinggal di Bekasi saya memiliki beberapa teman dekat yang sudah menemani masa kecil saya, kami sering bermain bersama dari siang hingga sore hari. Lalu disaat saya berusia 5 tahun, keluarga saya memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena urusan pekerjaan. Di Jakarta saya melanjutkan pendidikan ke TK Bahrul Ulum yang letaknya cukup dekat dengan rumah yang baru, disana saya mendapatkan cukup banyak teman walaupun saat ini saya sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan mereka. Lalu saya lanjut bersekolah di SDN CBU 09 Pagi, saya harus melalui tes untuk masuk ke sekolah tersebut, selain itu juga dilihat berdasarkan umur. Saat SD saya mempunyai 2 teman dekat, dan kami selalu pergi ke kantin dan juga bermain bersama.
Saat di bangku Sekolah Dasar, saya mengikuti beberapa lomba yang diadakan oleh Sekolah, seperti perlombaan saat Memperingati Hari Kemerdekaan ataupun saat Classmeeting. Walaupun saya tidak mendapatkan juara tapi saya tetap senang karena dapat berpartisipasi dalam lomba tersebut. Selain itu, saya juga pernah mengikuti beberapa lomba Tari Tradisional. Di lomba Tari yang pertama, kelompok tari sekolah saya mendapatkan Juara 3. Lalu di lomba Tari yang kedua, kami mendapatkan Juara 2 dan lolos ke babak selanjutnya, dan di babak selanjutnya kami mendapatkan Juara Harapan.
Tibalah saat dimana masa Sekolah Dasar saya hampir berakhir, saat itu para orang tua berencana untuk melakukan kegiatan perpisahan di salah satu tempat wisata di Jawa Barat. Seluruh warga kelas pun setuju dan akhirnya kami pergi ke tempat wisata tersebut. Disana kami menaiki beberapa wahana serta permainan, setelah itu kami juga melakukan kegiatan tukar kado. Selain mengadakan perpisahan di luar sekolah, kami juga mengadakan acara perpisahan di sekolah bersama dengan guru-guru, di acara tersebut kami menerbangkan balon yang berisikan cita-cita kami kedepannya dan juga melakukan beberapa kegiatan lain.
Lalu setelah menamatkan Sekolah Dasar, saya melanjutkan Sekolah ke salah satu SMP yang saya inginkan, yaitu SMPN 52 Jakarta. Pada awalnya saya tidak yakin apakah saya bisa masuk ke SMP tersebut, karena ayah saya juga menyarankan untuk masuk ke SMP lain saja. Namun, di saat proses PPDB, saya tetap memilih untuk mendaftarkan diri ke SMPN 52 jakarta dan kedua orang tua saya pun setuju dengan keputusan saya. Proses seleksi cukup membuat saya pesimis dan takut, karena posisi saya sangat tidak aman dan bisa tergantikan kapan saja oleh orang lain yang memiliki nilai lebih tinggi dari saya. Tapi, saya dan keluarga terus berdoa agar saya bisa bertahan dan bisa masuk ke sekolah yang saya inginkan.
Pada akhirnya posisi saya tidak berubah dan itu artinya saya bisa masuk ke SMP yang sudah saya inginkan sejak lama. Orang tua saya pun segera menyiapkan beberapa berkas untuk selanjutnya lapor diri ke sekolah tujuan. Jarak Sekolahnya cukup jauh dari rumah, sehingga orang tua saya memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih dekat dengan sekolah yang baru.
Di SMP, saya masih berteman dengan beberapa teman saya saat masih di bangku Sekolah Dasar, dan juga dengan beberapa teman baru. Di masa Sekolah Menengah Pertama, saya dan beberapa teman bergabung ke organisasi sekolah yaitu OSIS, pada awalnya saya tidak memiliki minat untuk menjalaninya, karena alasan saya bergabung hanya untuk mengisi waktu luang. Namun pada akhirnya saya senang bisa bergabung ke OSIS, karena disini saya bisa mendapat banyak teman baru sekaligus pengalaman yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan. Sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS yaitu kegiatan dalam memperingati Hari-Hari Besar Nasional. Selain itu ada juga Classmeeting dan kami para anggota pernah beberapa kali diundang untuk menghadiri beberapa kegiatan diluar sekolah.
Di pertengahan masa Sekolah Menengah Pertama, adalah masa yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan akan terjadi, yaitu munculnya virus Covid-19 yang akhirnya ditetapkan menjadi pandemi. Mulai dari situlah, segalanya dilakukan serba daring dan kegiatan sekolah pun dilakukan secara online. Rasanya sangat asing melakukan kegiatan sekolah dengan metode daring, karena banyak sekali hambatan yang sering saya alami, mulai dari jaringan yang tidak stabil, ataupun penggunaan aplikasi yang sulit untuk dilakukan. Namun, keadaan saat itu juga sangat tidak memungkinkan untuk melakukan sekolah tatap muka seperti biasanya.
Selain kegiatan sekolah yang terkendala, banyak juga hal lain yang tidak bisa terlaksana karena adanya pandemi ini. Sebelum adanya pandemi, saya sering pergi bersama teman-teman. Namun, setelah munculnya pendemi, tidak ada lagi kegiatan bermain bersama teman, karena saya juga tidak dibolehkan untuk keluar rumah apabila tidak terlalu penting. Jadi selama masa awal pandemi, saya dan keluarga banyak menghabiskan waktu di rumah. Dan kegiatan sekolah masih dilakukan secara daring hingga hari kelulusan saya tiba.
Setelah lulus, saya masih harus berurusan dengan PPDB yang cukup memusingkan. Saya memiliki beberapa sekolah SMA tujuan, namun saya tidak terlalu berharap bisa diterima di sana, karena melihat nilai saya yang tidak terlalu bagus. Dan benar saja, saat saya sudah mendaftar dan memilih sekolah, nama saya tidak tertera disana. Saya sangat panik, apalagi saat itu saya memantau situs PPDB hanya seorang diri, karena orang tua saya sedang tidak ada di rumah. Saya sedikit kebingungan dan bertanya-tanya kenapa nama saya tidak tertera disana. Namun setelah dilihat lebih teliti, ternyata nilai saya lebih rendah dibandingkan dengan orang lain yang juga ikut mendaftar di sekolah yang saya tuju.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SMA swasta yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Saya cukup kecewa dengan diri sendiri dan merasa tidak enak hati karena orang tua saya berharap saya bisa masuk ke SMA Negeri. Namun, seiring berjalannya waktu, akhirnya saya bisa menerima hal itu, walau seringkali teringat dan saya menjadi kesal ke diri sendiri, dan mulai bertanya-tanya "Kenapa saya tidak bisa masuk ke SMA A, kenapa saya juga tidak bisa masuk ke SMA B?". Dan akhirnya saya menyesal, seharusnya saya belajar lebih giat saat masih di kelas 7 dan 8.
Tibalah di masa putih abu-abu, di sekolah yang baru ini saya hanya memiliki beberapa teman, karena murid di sekolahnya pun hanya sedikit. Kegiatan di awal masuk sekolah juga dilaksanakan secara daring, begitu pula dengan kegiatan belajar dan mengajar. Hingga muncul edaran bahwa sekolah sudah bisa untuk melakukan pembelajaran secara tatap muka, dengan aturan yang sangat ketat. Akhirnya, sekolah saya pun menerapkan sistem pembelajaran tatap muka, rasanya senang karena akhirnya saya bisa kembali belajar di sekolah, dan juga bisa bertemu langsung dengan guru-guru, karena sebelumnya kami hanya bertemu lewat dunia maya saja. Lalu selanjutnya, kegiatan belajar pun dilakukan seperti biasanya, dan dengan beberapa aturan di masa pandemi.
Dan sampailah disaat dimana saya memiliki keinginan untuk pindah sekolah ke SMA Negeri. Pada awalnya, ayah saya tidak setuju jika saya pindah, namun karena satu dan lain hal akhirnya saya diperbolehkan untuk pindah sekolah. Dan kebetulan, saat itu sedang berlangsung masa mutasi siswa sekolah, dan akhirnya saya pun mencoba untuk daftar mutasi ke SMAN 53 Jakarta. Untuk bisa diterima di sekolah tujuan, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, seperti tes, menyiapkan berkas, dan sebagainya. Beberapa hari sebelum dilaksanakannya tes mutasi, saya memiliki kesempatan untuk mengulas beberapa materi, saya belajar cukup keras saat itu.
Tibalah di hari dimana tes mutasi berlangsung, tesnya dilaksanakan langsung di sekolah SMAN 53 pada jam 1 siang. Saya sudah sampai di sekolah tujuan sebelum jam 1 siang, lalu menunggu sebentar hingga akhirnya diperbolehkan masuk ke ruang tes. Saat itu saya merasa takut dan tidak yakin bisa menjawab soal tes dengan baik dan benar. Dan kemudian setelah selesai mengerjakan, hasilnya akan diumumkan 2 hari setelah tesnya dilaksanakan. Pada saat hasil tesnya sudah diumumkan saya masih berada di sekolah dan sedang belajar. Saya ragu dan tidak berharap banyak di hasil tes mutasi ini, kemudian saya membuka web pengumumannya dan kaget saat melihat daftar nama siswa yang lolos, disana tertera nama saya di urutan nomor 4. Lalu, saya langsung mengabari kedua orang tua saya, dan ke esokan harinya setelah semua berkas telah siap, saya dan ayah saya pun langsung melakukan lapor diri ke SMAN 53 Jakarta.
Setelah tes, adapula wawancara orang tua serta calon siswa oleh guru dari sekolah yang saya tuju. Wawancaranya berjalan dengan baik, walau saya sedikit kesulitan menjawab beberapa pertanyaan karena gugup. Setelah semua proses selesai, saya pun memulai awal baru di sekolah yang baru, yaitu di SMAN 53. Disini saya sudah memiliki beberapa teman yang sudah saya kenal dari SMP maupun dari SD, dan saya juga kembali satu kelas dengan teman dekat saya saat di SMP. Masa awal masuk di sekolah baru cukup berat bagi saya, karena harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan pembelajaran yang dilaksanakan disini. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring ataupun tatap muka terbatas, namun seiring berjalannya waktu sekolah sudah diperbolehkan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka 100%.
Saat pembelajaran tatap muka sudah diperbolehkan sepenuhnya, banyak sekali momen-momen berharga yang saya dapatkan disini, dari teman-teman saya ataupun guru-guru yang mengajar di kelas saya. Sampai saat ini, semuanya berjalan dengan baik, walau terkadang tidak sesua dengani ekspektasi, namun yang namamya hidup harus dilanjutkan, kan? Oleh karena itu ayo terus berusaha yang terbaik untuk hidup kita sendiri, jalani apa yang sudah kita mulai, dan jangan pernah berhenti di tengah jalan.